Budaya antri di Indonesia sepertinya hanya tinggal kenangan
saja. mengapa? Coba kita lihat saja di jalan raya, banyak pengemudi yang tidak
mau antri, saling serobot, membunyikan klakson tanpa henti. Bahkan di lampu
merah pun mereka tidak sabar untuk berhenti meski cuma beberapa menit.
Entah sejak kapan kelakuan ini dianggap sebagai hal yang wajar. Antrian di kasir ataupun loket pembayaran pun tak jauh berbeda. Dengan tanpa rasa bersalah beberapa dari mereka merebut antrian yg sudah rapi. Kadang kala malah menggunakan anak kecil untuk menerobos antrian, karena mungkin orang dewasa yang lagi antri akan merasa iba dengan anak kecil tersebut.
Sepertinya budaya untuk mengantri memang sudah menjadi
barang mahal di negeri ini. Sejatinya kita semua belajar etika, termasuk etika
mengantri dari sejak dini. Apa jadinya jika sejak dini anak diajari menyerobot
mengambil hak orang lain.
Rasanya setiap orang tanpa kecuali tidak ada yang mau jika haknya diambil orang lain, karena itu kita harus menghargai hak-hak orang lain. Budaya mengantri ini mestinya diajarkan orang-orang terdekat dalam hal ini orang tua ataupun guru. Orang tua ataupun guru yang mengajari anaknya menerobos atau bahkan mengambil hak orang lain agaknya perlu disekolahkan ulang ke tingkat sekolah dasar.
Budaya mengantri di negeri ini mungkin menjelang luntur,
namun bisa kita bangkitkan kembali dengan mengajarkan pada orang-orang terdekat
kita, tentunya dengan tidak lupa untuk mendisiplinkan diri sendiri untuk
menghormati hak orang lain. Menanamkan pada lingkungan terdekat kita akan
budaya malu yang harus tetap kita pelihara, malu jika kita berbuat salah, malu
jika kita mengambil hak orang lain.
sumber: http://www.kompasiana.com/www.lilaesty.com/budaya-antri-di-negeri-ini_552fd00a6ea834183f8b468b
Tidak ada komentar:
Posting Komentar